Minggu, 04 Agustus 2013

Selamat Jalan Ama.......

Well, Sudah lama banget saya nggak menulis satupun pemikiran saya,
Dengan demikian sebenarnya ada cukup banyak hal dan pemikiran yang yang saya pungut disana-sini sambil menjalani kehidupan saya setiap harinya. Namun kali ini bukan untuk itu, kali ini saya sedang berada dalam duka......

Minggu lalu Ama saya, satu-satunya Nenek kandung yang masih saya punya tadinya berpulang ke rumah Tuhan Jumat sore kemarin, 26 Juli 2013. Saat saya pertama kali mendengar berita itu dari mama, saya belum merasakan sesuatu yang aneh hingga saya duduk dan diam dalam ruangan kantor saya. Perlahan-lahan saya mengumpulkan memori sedikit demi sedikit yang saya punya tentang Ama, sekonyong-konyong saya seakan-akan mendengar Ama memanggil saya, Seakan tersadar dari semua hal yang barusan lewat dada saya mulai terasa sesak dan saya mulai menangis. Walaupun kami nggak sering saling menelpon, walaupun saya jarang mendengarkan suaranya, tetapi saya tau Ama ada disana, ditempat yang bila saya inginkan bisa saya tuju hanya dengan 1x penerbangan dari kota dimana saya berada saat ini, Ama yang akan ada ketika saya meminang wanita yang saya cintai dan yang akan ada disaat-saat bahagia saya.

Kira-kira seperenam dari 31tahun kehadiran saya didunia, dihabiskan dengan tinggal bersama Akung dan Ama, tetapi sejujurnya saya tidak banyak mengingat masa kecil saya, Yang saya tahu adalah saya dimanja oleh mereka. Akung pergi kerumah Tuhan kira-kira saat saya kelas satu sekolah menengah pertama. Saat itu saya belum tau rasanya kehilangan,  saya hanya tau Akung tidak ada dan saya nggak akan pernah bertemu dengannya lagi. Tapi kali ini terasa sangat berbeda, saya bahkan belum berhenti menangis setiap saya mengingat Ama. Ada banyak hal yang tiba-tiba saya inginkan dalam kehadirannya, bercerita dengannya atau paling tidak sekedar ingin bilang saya menyayanginya.

Terakhir saya bertemu Ama adalah desember 2 tahun lalu pada pernikahan adik saya, itulah kenangan terakhir yang saya punya tentang Ama, sedangkan terakhir kalinya saya berbicara dengan Ama seingat saya adalah saat Imlek tahun ini. Walaupun begitu ini adalah sebuah hubungan yang tidak dapat diputuskan. Selama ini walaupun saya tidak mengunjunginya saya tahu Ama ada disana dan someday saya akan mampir. Tetapi sekarang itu nggak mungkin, Ama sudah nggak ada lagi.

Sebelum pemakaman Ama akhirnya saya bisa tiba dan mengucapkan kata-kata perpisahan, secepat yang saya bisa dalam semua kemungkinan yang bisa diambil. Namun sayangnya saya terlambat, saya nggak bisa melihatnya  karena peti terlanjur ditutup. Saya hanya bisa menatap peti putih tempat Ama bersemayam, menatap lukisan kecil The Last Supper Yesus bersama murid-murid-Nya. Saya hanya bisa diam entah berapa lama, Semuanya kosong, yang terasa hanya sakit didalam dada saya sementara air mata terus mengalir perlahan. Disana saya berdiri sambil mengulang semua memory yang saya punya dalam kenangan bersama Ama, karena hanya itulah yang tersisa...... kenangan.

Setelah saya bisa menguasai diri saya, saya hanya bisa bilang berbisik semoga Ama bahagia dialam sana, semoga bahagia bisa bertemu kembali dengan Akung dan kemudian mencium petinya.

Well, dari cerita yang saya dengar, walaupun tubuhnya Ama membengkak dan terjadi pecah pembuluh darah tetapi Ama tidak kesakitan. Ama meninggal dalam tenang. Bagaimanapun juga ini melegakan. Tidak ada satupun diantara kita yang ingin mendengar ada yang pergi dalam kesakitan.

Saya teringat saat-saat dimana saya kehilangan 2 orang Nenek saya yang sebelumnya dari garis Mama bertahun-tahun yang lalu. Saat itu saya juga tidak berkesempatan mengantarkan mereka. Ma Ek yang pertama meninggal, saat saya dan adik-adik sedang dalam ujian tengah semester kuliah dan saat kepergian Ma Cim, saya sedang dalam ujian Tahap akhir perkuliahan. Anyway, Anything of those excuse won't fix anything and couldn't turn back time. I Still can't see them for the last time, and the worst is there won't be next time, only that time is the last one to say goodbye. Satu-satunya penghiburan bagi yang ditinggalkan adalah kata-kata "Ini yang terbaik", "Relakan karena mereka sudah mencapai Surga", "Ini jalan yang diberikan Tuhan", "Mereka sudah waktunya untuk pergi". You know, I believe to every of that statement, but it just can't fix the feeling. It just can't make me stop thinking of them in my lonely hours, so i just keep work and make myself busy. But the worst part is at night when i close my eyes and still see them on my mind sampai akhirnya dari sebuah buku yang saya baca mengatakan bahwa "Jangan melupakan orang-orang yang telah pergi, karena begitu kita melupakan mereka, maka mereka akan pergi selamanya tanpa ada yang tersisa sama sekali, ingatlah mereka dalam semua kebaikannya, dalam semua kebijaksanaan mereka dan dalam semua kebaikan yang telah mereka buat, maka mereka akan hidup selamanya dalam diri kita". Even it still hard to accept the lost, tapi kata-kata itu menyejukkan dan terasa lebih benar dari semua hal yang pernah diberitahukan.

Dan untuk terakhir kalinya, Selamat jalan Ama, semoga penuh dengan kebahagiaan, selamat bertemu kembali dengan yang sudah terpisahkan sebelumnya, jangan kuatirkan kami Ama, Irfan berjanji untuk hidup dalam kebaikan, berusaha menjadi apa yang diharapkan Ama dan selalu menjadi cucu yang bisa dibanggakan........ Walaupun tidak mungkin untuk menjadi sempurna, tetapi Irfan yakin selalu ada pilihan untuk menjadi yang lebih baik........